Persiapan ObservasiKelompok 9
Anggota : Novilda Azizi 13-125
Kamis, 27 Maret 2014 , 09.54 WIB
Pada hari kamis, kami
mempersiapkan almamater dan KTM. Kami berencana untuk mengecek lokasi sekolah
dan meminta izin pada sekolah tersebut. Awalnya kami optimis dengan sekolah
tersebut karena sekolah ini salah satu sekolah yang sudah mempunyai nama. Kami
berencana untuk mengobservasi sekolah tingkat dasar. Sesudah sampainya disana, kami
dengan tidak mudah menerima izin dari pihak sekolah tersebut, dan akhirnya kami
memilih untuk mencari sekolah lain. Dan setelah 2 sekolah ditolak akhirnya kami
diterima untuk observasi di satu sekolah negeri. Gurunya sangat antusias dengan
kedatangan kami. Kami pun membuat janji dengan pihak sekolah untuk kembali di
esok harinya untuk mengobservasi cara pembelajaran disekolah tersebut. Dan
inilah hasil observasi kami :
Jum’at, 28 Maret . 08.00 WIB
Biodata sekolah
Nama Sekolah :
SD. No. 060922
Alamat :
Jl. Kemuning, Tj. Rejo
Didirikan Tahun :
1973
Biaya
Pendidikan : Gratis
Setting lokasi
sekolah
SDN 060922 memiliki 12 ruangan kelas, sekolah ini memiliki
toilet dengan keadaan air pet, dan memiliki kantor guru yang bergabung dengan
perpustakaan kecil, memilki lapangan upacara.
Setting ruangan kelas
observasi
Kami mengobservasi pembelajaran anak kelas 2 SD. Dikelas
tersebut ada 21 siswa, yang terdiri dari 9 murid laki-laki, dan 12 murid
perempuan. Kondisi perlengkapan di dalam kelas 2 SD yaitu adanya papan tulis
(Kapur), Jam, foto Presiden & wakilnya, lemari kayu, peta Indonesia, poster
nama-nama (buah,sayuran,alphabet,pancasila,undang-undang,dan hasil gambar
siswa), kondisi lantai baik (sudah berkeramik), dan dinding kelas yang kotor
karena coret-coretan, terdapat 16 meja dan 33 kursi.
Observasi pengajaran
selama kelas berlangsung
Hasil Observasi guru dan siswa :
Guru hanya fokus pada siswa yang duduk didepan, dan siswa
yang didepan sangat aktif, tapi karena gurunya tidak menguasai sekeliling ruangan
kelas, siswa yang duduk dibelakang sangat pasif, sehingga siswa tersebut kurang
dapat perhatian dari gurunya. Lebih sering memberikan pertanyaan terhadap
keseluruhan siswa. Guru lebih sering
menggunakan tipe pembelajaran berbentuk cerita seperti narasi yang berkaitan
sehari-hari, sehingga komunikatif dalam membangun hubungan antara guru dan
murid. Murid besikap positif terhadap apa yang dijelaskan oleh guru. Misalnya,
menjawab setiap pertanyaan dari guru dengan aktif. Murid semangat menjawab
pertanyaan saat diberi tahu akan diberikan reward atau hadiah.
Kritik dan saran dalam observasi yang kami amati :
Posisi duduk setiap murid diubah setiap minggu, sehingga
murid dapat aktif.Kebersihan kelas dijaga, agar proses belajar-mengajar
berjalan dengan nyaman.Selain memberikan tugas, guru seharusnya memberikan
pelajaran berbentuk permainan agar siswa tidak jenuh dan pelajaran pun lebih
bervariatif.Siswa yang duduk di belakang harus lebih sering dipantau dengan
memberikan perhatian yang sama dibanding dengan siswa yang duduk didepan.
Analisis singkat
dengan teori belajar
Teori Piaget
Proses kognitif : Anak usia 6 tahun
sudah mulai mengetahui bahwa 5 mainan kecil, dapat disimpan didalam kotak yang
kecil berukuran sama. Berarti ia sudah memanfaatkan skema angka/jumlah. Skema adalah konsep atau kerangka yang
eksis didalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan
menginterpretasikan informasi. Piaget mengatakan bahwa ada dua proses yang
bertanggung jawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka
yaitu asimilasi dan akomodasi.
Piaget mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas cara anak
menggunakan dan mengadaptasi skema mereka. Asmiliasi
adalah suatu proses mental yang terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan
baru kedalam pengetahuan yang sudah ada. Anak mengasimilasikan lingkungan ke
dalam skema. Akomodasi adalah suatu
proses mental yang terjadi ketika anak menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya. Contohnya, Adi yang
berumur 7 tahun yang diberikan sebuah krayon dan sebuah buku gambar untuk
mewarnai gambar apel. Adi belum pernah menggunakan krayon untuk mewarnai,
tetapi dengan mengamati cara gurunya menggunakan krayon tersebut, maka Adi
dapat mengerti bahwa krayon gunanya untuk memberi warna pada gambar apel
tersebut, dan cara penggunaannya dengan mencoret gambar apel tersebut. Setelah
mengetahui hal ini Adi akan memasukkan pengetahuan ini ke dalam skema yang
sudah dimilikinya (asimilasi). Tetapi Adi menggunakan krayon dan mewarnai
gambar tersebut sangatlah tidak rapi, coretannya membuat gambar apel tidak
seperti gambar apel, maka dari itu Adi harus sangat hati-hati dengan
menggunakan krayon dalam mewarnai apel tersebut. Penyesuaian ini mencerminkan
kemapuannya untuk mengubah sedikit pemahamannya tentang dunia (akomodasi).
Menerapkan Teori
Piaget untuk Pendidikan Anak
Gunakan pendekatan konstruktivis. Piaget menekankan bahwa
anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif dan mencari solusi
sendiri. Piaget menentang metode yang memperlakukan anak sebagai penerima
pasif. Implikasi pendidikan dari pandangan Piaget adalah bahwa untuk semua mata
pelajaran, murid lebih baik diajari untuk membuat penemuan, dan memikirkannya,
bukan diajari menyalin apa-apa saja yang dikatakan oleh guru.
Fasilitasi mereka untuk belajar. Guru yang efektif harus
merancang situasi yang membuat murid belajar dengan bertindak. Situasi seperti
ini akan meningkatkan pemikiran dan penemuan murid. Jadikan ruang kelas menjadi
ruang eksplorasi dan penemuan.
Perkembangan Kognitif
Pendekatan Piaget : Anak Operasional Konkret
Operasional konkret adalah tahapan ketiga dari perkembangan
kognitif Piaget (rata-rata dari usia 7 hingga 12 tahun), dimana anak-anak
berkembang dalam hal logika, tapi bukan tentang pemikiran yang abstrak. Menurut
Piaget, pada sekitar usia 7 tahun, anak-anak memasuki tahap operasional
konkret, dimana mereka bisa menggunakan berbagai operasional mental, seperti
penalaran, memecahkan masalah-masalah konkret (nyata), seperti dimana harus
mencari pensil yang hilang. Anak-anak pada usia ini sudah dapat berpikir dengan
logis karena mereka tidak terlalu egosentris dari sebelumnya dan dapat
mempertimbangkan banyak aspek dari situasi. Namun, pemikiran mereka masih
terbatas pada situasi-situasi nyata saat ini dan sekarang.
Hasil dari observasi anak-anak usia 7-8 tahun, mereka sudah
pandai dalam mengelompokan hal-hal yang nyata, contohnya anak kelas 2 SD sudah
dapat memilah objek menjadi kelompok-kelompok, seperti bentuk, warna, atau
keduanya. Mereka mengetahui bahwa mangga memiliki anggota yang lebih sedikit
dibandingkan kelas dimana ia menjadi bagiannya seperti buah.
Adanya seriasi,penyimpulan transitif dan inklusi. Seriasi
adalah kemampuan mengurutkan item sepanjang dimensi-dimensi. Penyimpulan
transitif adalah pemahaman hubungan antara dua objek dengan mengetahui hubungan
keduanya dengan objek ketiga. Inklusi kelas adalah pemahaman keseluruhan dan
bagian-bagiannya.
Inilah hasil observasi kami dalam jenjang pendidikan sekolah
dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar