Biografi Bob Sadino
Bob Sadino lahir dengan nama Bambang Mustari Sadino,
Bob Sadino atau sering dipanggil Om Bob adalah pengusaha nyentrik asal
Indonesia. Saya bilang nyentrik karena sering Om Bob tampil di media cetak
ataupun elektronik hanya memakai kaos dan celana pendek. Kadang-kadang
dilengkapi dengan topi koboy. Berbeda dengan dandanan pengusaha pada umumnya
yang lebih formal dengan memakai kemeja dan celana panjang kain. Tetapi justru
inilah yang membuat Om Bob lebih gampang dikenali publik. Ia dari sebuah
keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara.
Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi
seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah
dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk
berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana,
ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan
pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta
2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli
sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah
beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari
pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoni Bob Sadino setelah keluar
dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri
yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan
yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk
memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi kuli bangunan dengan upah harian
Rp.100 . Di Indonesia, Bob Sadino bekerja sebagai
karyawan di PT Unilever Indonesia. Saat menjadi karyawan, dirinya merasa ada
sesuatu yang hilang. Kebebasannya, waktu luang bersama keluarga dan keinginan
berekspresi lebih terkendala karena tentu saja karyawan harus patuh terhadap
peraturan dan tugas dari atasan dan perusahaan.
Suatu hari, seorang temannya menyarankan Bob memelihara
dan berbisnis telur ayam negeri untuk melawan depresi yang
dialaminya. Bob tertarik dan mulai mengembangkan usaha peternakan
ayam. Ketika itu, di Indonesia, ayam kampung masih mendominasi pasar. Bob-lah
yang pertama kali memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Bob
menjual telur-telurnya dari pintu ke pintu. Ketika itu, telur ayam negeri belum
populer di Indonesia sehingga barang dagangannya tersebut hanya dibeli oleh orang
asing yang tinggal di daerah Kemang,
serta beberapa orang Indonesia yang pernah bekerja di luar negeri. Namun
seiring berjalannya waktu, telur ayam negeri mulai dikenal sehingga bisnis Bob
semakin berkembang. Bob kemudian melanjutkan usahanya dengan berjualan daging
ayam. Selain memperkenalkan telur ayam negeri, ia juga merupakan orang pertama
yang menggunakan perladangan sayur sistem hidroponik di
Indonesia.
Catatan awal tahun 1985 menyebutkan, rata-rata per bulan
perusahaan Bob menjual 40-50 ton daging segar, 60-70 ton daging olahan, dan
sayuran segar 100 ton. Dari berternak ayam, setiap hari Bob dan istrinya
bisa menghasilkan dan menjual telor beberapa kilogram. Karena ulet, gigh dan tekun,
dalam waktu satu setengah tahun bisnis peternakannya berkembang pesat. Ia
memiliki banyak pelanggan terutama ekspatriat atau orang asing yang tinggal di
sekitar Kemang. Selain Om Bob tahu sedikit banyak budaya mereka, Om Bob juga
fasih berbahasa Inggris karena pernah menetap di luar negeri cukup lama. Selain
itu Kemang adalah kawasan pemukiman orang asing di Jakarta.
Namanya juga berdagang ada kalanya pelanggan kurang
puas dengan pelayanannya tetapi Bob Sadino segera memperbaiki pelayanan mereka
sehingga bisnisnya bertambah ramai. Karena itulah Om Bob pernah dimaki sebagai
“babu orang asing” alias pelayan orang asing. Selain peternakan ayam, Bob
Sadino juga merambah bisnis swalayan yang diberi nama Kem Chicks dengan pangsa
pasar tetap orang asing sekitar Kemang. Om Bob percaya akan filosofi kesuksesan
bahwa sukses tidaklah diraih secepat kilat seperti membalikkan telapak tetapi
harus berproses bahkan harus berhadapan dengan kegagalan demi kegagalan.
Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir
balik memperjuangkan usahanya agar terus maju dan berkembang. Uang bukanlah
nomor satu yang terpenting adalah kemauan, komitmen, berani mencari dan
menangkap peluang serta melakukan tindakan. Begitulah prinsip Bob Sadino.
Selain hal-hal diatas, ada satu rahasia
lagi pada diri Om Bob yang membuat pelanggannya bertambah banyak dan bersimpati
padanya yaitu keluwesannya dan kesabarannya dalam melayani dan mendengarkan
keluh kesah pelanggan bahkan kritikan terpedas sekalipun Om Bob sangat berbesar
hati menerima dan memperbaiki diri serta pelayanan.
Bisnis pasar swalayan Kem Chicks merambah ke
agribisnis seperti holtikultura, mengelola dan menyediakan sayur-mayur untuk
orang asing di Indonesia khususnya Kemang.
Bob menempatkan perusahaannya seperti yang paling
utama, sebuah keluarga sendiri. Semua karyawan Kem Chicks harus saling
menghargai, atasan menghargai bawahan dan bawahan menghormati atasan. Tidak ada
yang utama semua memiliki kekuatan dan fungsi. Bahkan office boy sekalipun
sangatlah berjasa, jika tidak ada mereka maka kondisi kantor akan sangat kotor
dan tidak nyaman sekali tentunya.
Selain menggeluti bisnis, Om Bob juga
sangat religius. Om Bob selalu mendekatkan diri pada Alloh SWT. Ini terbukti
bahwa Om Bob telah melaksanakan ibadah haji. Tetapi walau sudah haji Om Bob
tetaplah berpenampilan nyentrik karena itu adalah ciri khas beliau. Beliau juga
sangat menyukai musik jazz dan klasik. Waktu yang sangat beliau senangi adalah
ketika shalat berjamah bersama istri dan dua anaknya.
VIKTOR
FRANKL (1905-1997)
Viktor Emil Frankl dilahirkan dalam keluarga Yahudi pada
tanggal 26 Maret 1905 di Austria dan meninggal dunia pada tanggal 02 September
1997 di Austria. Nilai-nilai dan kepercayaan Yahudi memiliki pengaruh yang kuat
terhadap Frankl. Ini pulalah yang membuat Frankl memiliki minat yang besar
didalam persolan keagamaan, khususnya dalam konteks makna dari hidup. Dan
merupakan seorang tokoh neurology serta psikiatri.
Berdasarkan teori Viktor Emil Franklin yang merupakan
penggagas dari aliran logotherapy, dimana Viktor Frankl dipengaruhi oleh teori
Eksistensial. Logotherapy merupakan gabungan dari kata logos yang berarti
meaning (makna), yang berarti Logotherapy merupakan terapi yang melampaui
makna. Dilihat dari diri Bob Sadino yang memiliki eksistensial yang tinggi. Di lihat
dari 3 landasan filosofi yang dikemukakan oleh Viktor Frankl dimana ketiga
filosofi tersebut saling berkaitan, dimulai dari The Freedom of Life – Bob Sadino yang memilih kebebasan untuk bertanggung
jawab dalam hal memutuskan untuk keluar dari
pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri. Lalu di
tahapan kedua The Will to Meaning
– Motivasi dari diri Bob sendiri bahwa ia harus keluar dari pekerjaannya dan
membuat usaha sendiri demi mencukupi kehidupannya agar lebih layak. Beliau tidak
pernah berharap akan mendapatkan keuntungan yang besar, ia hanya menyenangi
pekerjaannya yang telah menjadi wiraswasta, dan itu timbul dari dirinya
sendiri. Ditahapan ketiga yaitu The
Meaning of Life – Bob yang memiliki keunikan tersendiri dalam berpakaian
dan dalam memaknai hidupnya secara personal sudah sangat terpenuhi. Bisa dikatakan
dalam teori Viktor Frankl, Bob Sadino telah memenuhi landasan teori tersebut. Dan
yang kita ketahui, tidak ada orang yang seperti Bob Sadino.
Ref:
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Bob_Sadino